HAKIKAT
MANUSIA HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Diajukan
untuk
memenuhi Tugas
makalah
mata
kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu :Indry Nirma Yunizul Pesha,S.Pd.I,MAg
Disusun
Oleh Kelompok 8
1.
Abdullah Baehaki
2.
M.Aries Firmansyah
3.
Neng Zahra
4.
Popi Pratiwi
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-AZHARY
CIANJUR
TAHUN 2014
KATA
PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Ungkapan Syukur yang
teramat dalam dipersembahkan kehadirat Allah Azza Wajala,
karena dengan pertolongan-Nya, penulisan makalah ini yaitu Hakikat Manusia Hubungannya Dengan Filsafat Pendidikan Islam akhirnya
dapat diselesaikan sesuai rencana. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw.
Karena perjuangan beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah Swt.
Kajian
makalah ini termasuk penting untuk menambah wawasan filosofis yang kajiannya
mencakup pengertian hakekat Manusia serta mencoba menghubungkan dengan filsafat
Pendidikan Islam, Bahan penulisan makalah ini adalah persiapan dan merupakan
hasil diskusi yang telah kami rumuskan dengan berdasarkan kepada sumber
buku-buku yang telah kami kaji sebelumnya.
Diharapkan hasil kajian ini bermanfaat bagi
pihak pihak terkait sebagai upaya inovasi ilmiah untuk memperbanyak kazanah
keilmuan, sebagai bahan komparasi, evaluasi dan pengembangan lebih lanjut
sekaligus sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam melakukan kebijakan-kebijakan
yang berkaitan dengan pengembangan Pendidikan Islam.
Akhir kata penulis
mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi peningkatan pengembangan
pendidikan Islam pada khususnya.
Cianjur, September 2014
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan penelitian................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Hakikat Manusia................................................................................... 3
B.
Definisi Filsafat Pendidikan Islam ...................................................... 8
C.
Metode
Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam ............................. 10
BAB
III KESIMPULAN..................................................................................... 11
A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Di
zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial,
akan tetapi suatu cara hidup yang kongkret, suatu pandangan hidup yang total
tentang manusia dan tentang alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang.
Selanjutnya, dengan kehidupan atau perkembangan peradaban manusia dan problema
yang di hadapinya, pengertian yang bersifat teoritis seperti yang di lahirkan
filsafat Yunani itu kehilangan kemampuan untuk memberi jawaban yang layak
tentang kebenaran peradaban itu telah menyebabkan manusia melakukan loncatan
besar dalam bidang sains, teknologi, kedokteran dan pendidikan. Perubahan itu
mendorong manusia memikirkan kembali pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap
terjadi perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang
berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia
terdapat hubungan timbal balik. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik. Karenanya pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis,
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan.Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.
B.
Perumusan
Masalah
Maka untuk merumuskan permasalahan tersebut, perlu adanya
sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga
pembahasan akan lebih terarah pada pokok masalah. Hal ini dimaksudkan agar
terhindar dari pokok masalah dengan pembahasan yang tidak fokus dan tidak ada
relevansinya.
1.
Bagaimana
hakikat manusia hubungannya dengan Filsafat pendidikan Islam
2.
Apa yang dimaksud
dengan filsafat pendidikan Islam?
C.
Tujuan
Penelitian
Maksud
dari pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat memahami secara
menyeluruh mengenai filsafat pendidikan. Selain itu, tujuan dari
dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan
Pendidikan agar mahasiswa mendapatkan nilai. Inginmengetahui bagaimanakah?
1.
Ingin
mengetahui hakikat manusia hubungannya dengan Filsafat pendidikan Islam
2.
Ingin
mengetahuiapa yang dimaksud dengan filsafat
pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA HUBUNGANNYA DENGAN
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A.
Hakikat
Manusia
Al insan hayawan
nathiq yang berarti manusia adalah hewan (makhluk) yang mampu berfikir.Ungkapan
ini setidaknya dapat memberikan gambaran bahwa mannusia merupakan salah satu
hewan. Namun ia memiliki kelebihan dari pada hewan dengan potensi akal yang
diberikan Sang Pencipta, Ia mampu mengenal dirinya dan Tuhannya serta
mengembangkan segala potensi yang diberikan Tuhannya, Sehingga ia mampu untuk berpikir
dengan baik serta mampu bersikap kritis
dan rasional dengan berusaha mencari pembenaran dari apa yang ia
pikirkan yang ia anggap belum logois dan belum
sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
Manusia adalah termasuk makhluk
yang Homo Sapiens, artinya makhluk yang bisa dan dapat berfikir, lalu kapan
manusia itu berpikir? Apakah karena nalurinya ataukah cuma kesenangannya memang
berpikir? Kalau kita kaji dalamdalam pertanyaan ini, maka ternyata bahwa bukan
itu penyebabnya. Manusia berpikir kalau dia sedang menghadapi masalah.Masalah
itu bisa bermacam-macam, dari masalah yang sangat sepele sampai masalah yang
sangat mustahil.Ada masalah yang secara mudah dapat dipecahkan dan ada pula
yang harus memeras otak.Mungkin ada pula masalah yang tidak dapat
dipecahkan.Menghadapi masalah-masalah inilah manusia memusatkan perhatiannya
dan tenggelam dalam berpikir.
Namun dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya insaninya itu, manusia diikatkan oleh
nilai-nilai yang telah ditentukan oleh Penciptanya (aksiologi).Dengan demikian
manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islam adalah sebagai makhluk
alternatif (dapat memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan nilai yang
terbaik, yaitu nilai Ilahiyat. Di satu sisi ia
memiliki kebebasan untuk memilih arah, di lain pihak manusia diberi pedoman ke
mana arah yang terbaik yang semestinya ia tuju. Manusia dapat dikategorikan
sebagai makhluk bebas (alternatif) dan sekaligus terikat (tidak bebas nilai).
Selanjutnyasecara garis besarnya
potensi tersebut terdiri atas empat potensi utama yang secara fitrah sudah dianugerahkan
Allah kepadanya, yaitu:
a)
Hidayat al-Gharizziyat
(potensi naluriah)
Dorongan
ini merupakan dorongan primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan
kelanjutan hidup manusia.
Diantaranya
dorongan berupa instink untuk memelihara diri, seperti makan, minum dan
penyesuaian tubuh dengan lingkungan.Dorongan yang kedua yaitu dorongan untuk
mempertahankan diri.Bentuk dorongan ini berupa nafsu marah, bertahan atau
menghindar dari gangguan yang mengancam dirinya.Dorongan yang ketiga, berupa
dorongan untuk mengembangkan jenis.Dorongan ini berupa aluri seksual.
Ketiga
macam dorongan tersebut melekat pada diri manusia secara fitrah. Diperoleh
tanpa harus melalui proses belajar. Karena itu dorongan ini disebut sebagai
dorongan naluriah (instinktif).Dorongan yang siap pakai, sesuai dengan
kebutuhan dan kematangan perkembangannya.
b)
Hidayat al-Hassiyat
(potensi indrawi)
Potensi
indrawi erat kaitannya dengan peluang manusia untuk mengenal sesuatu di luar
dirinya. Melalui indra yang dimilikinya, manusia dapat mengenal suara, cahaya,
warna, rasa, bau dan aroma maupun bentuk sesuatu. Jadi indera berfungsi sebagai
media yang menghubungkan manusia dengan dunia luar dirinya.
Potensi
indrawi yang umum dikenal terdiri atas indera penglihat, pencium, peraba,
pendengar dan perasa. Namun di luar itu masih ada sejumlah alat indera dalam
tubuh manusia seperti antara lain indera keseimbangan dan taktil. Potensi
tersebut difungsikan melalui pemanfaatan alat indera yang sudah siap pakai
seperti mata, telinga, hidung, lidah, kulit dan otak maupun fungsi syaraf.
c)
Hidayat al-Aqliyyat
(potensi akal)
Hidayat
ini hanya dianugerahkan Allah kepada manusia.Adanya potensi ini menyebabkan
manusia dapat meningkatkan dirinya melebihi makhluk-makhluk lain ciptaan Allah.
Potensi
akal memberi kemampuan kepada manusia untuk memahamisimbol-simbol, hal-hal yang
abstrak, menganalisa, membandingkan maupunmembuat kesimpulan dan akhirnya
memilih maupun memisahkan antara yangbenar dari yang salah.Kemampuan akal
mendorong manusia berkreasi danberinovasi dalam menciptakan kebudayaan serta
peradaban.Manusia dengankemampuan akalnya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknoogi,mengubah serta merekayasa lingkungannya, menuju situasi kehidupan
yanglebih baik, aman dan nyaman.
d)
Hidayat al-Diniyyat
(potensi keagamaan)
Pada
diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupadorongan untuk mengabdi
kepada sesuatu yang dianggapnya memilikikekuasaan yang lebih tinggi. Dalam
pandangan antropolog, dorongan inidimanifestasikan dalam bentuk percaya
terhadap kekuasaan supernatural(believe in supernatural being).
Manusia
sempurna menurut Islam adalahmanusia yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1.
Jasmani yang sehat
serta kuat dan berketrampilan.
Orang
Islam perlu memiliki jasmani yang sehat dan kuat, terutamaberhubungan dengan
keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakanajaran Islam.Dilihat ari ini
maka Islam mengidealkan Muslim yang sehat sertakuat jasmaninya.Islam
menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena intiajaran Islam (iman)
adalah persoalan mental.Kesehatan mental berkaitan eratdengan kesehatan
jasmani.Karena kesehatan mental penting, maka kesehatanjasmani pun penting
pula.Karena kesehatan jasmani sering berkaitan denganpembelaan Islam, maka
sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agarsehat dan kuat) diberikan
oleh para pemimpin Islam.
2.
Cerdas dan Pintar
Islam
menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai.Itulah ciri akal yangberkembang
secara sempurna.Cerdas ditandai oleh adanya kemampuanmenyelesaikan masalah
dengan cepatt dan tepat, sedangkan pandai ditandaioleh banyak memiliki pengetahuan,
jadi banyak memiliki informasi. Salah satuciri Muslim yang cerdas dan pandai
memiliki indikator-indikator sebagai berikut:
Pertama,
memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi.Sains adalahpengetahuan
manusia yang merupakan produk indera dan akal; dam sainskelihatan tinggi atau
rendahnya mutu akal.Orang Islam hendaknya tidakhannya menguasai teori-teori
sains, tetapi berkemampuan pula menciptakanteori-teori baru dalam sains,
termasuk teknologi.Kedua, mampu memahamidan menghasilkan filsafat.Berbeda
dengan sains, filsafat adalah jenispengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan
ini, orang Islam akan mampumemecahkan masalah filosofis.
3.
Rohani yang Berkualitas
Tinggi
Rohani
yang diuraikan disini ialah aspek manusia selain jasmani dan akal(logika).
Rohani itu samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia belum (atautidak akan)
memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya.Kebanyakan buku tashawuf
dan pendidikan Islam menyebutnya qalb (kalbu)saja.Dalam hal ini yang dimaksud
kalbu yang berkualitas tinggi adalah kalbuyang penuh berisi iman kepada Allah;
atau dengan ungkapan lain, kalbu yangtakwa kepada Allah swt.Kalbu yang penuh
iman itu mempunyai gejala-gejala yang amat banyak;katakanlah rinciannya amat
banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnyashalat, ia shaat dengan
khusuk (al-Mu’min:1-2); bila mengingat Allah, kulit danhatinya tenang
(al-Zumar:23); bila disebut nama Allah, bergetar hatinya (al-Hajj:34-35); bila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud danmenangis (Maryam:58,
al-Isra’:109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman dantaqwa.Dari situlah
akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuaidengan kehendak Tuhan.
Sedang
menurut Jalaluddin (2002: 46) konsep pendidikan menurutpandangan Islam harus
dirujuk dari berbagai aspek, antara lain aspek keagamaan,aspek kesejahteraan,
aspek kebahasaan, aspek ruang lingkup dan aspek tanggungjawab. Adapun yang
dimaksud dengan aspek keagamaan adalah bagaimanahubungan Islam sebagai agama
dan pendidikan.Maksudnya adalah, apakah ajaranIslam memuat informasi pendidikan
hingga dapat dijadikan sumber rujukandengan penyusunan konsep
pendidikan.Sedangkan aspek kesejahteraan merujukkepada latar belakang sejarah
pemikiran para ahli tentang pendidikan dalam Islamdari zaman ke zaman, khsusus
mengenai ada tidaknya peran Islam dalam bidangpendidikan dalam kaitannya dengan
peningkataan kesejahteraan hidup manusia.
Kemudian
yang dimaksud dengan aspek kebahasaan adalah bagaimanapembentukan konsep
pendidikan atas dasar pemahaman secara etimologis.Selanjutnya aspek ruang
lingkup diperluan untuk mengetahui tentang batas-batskewenangan pendidikan
menurut ajaran Islam. Demikian pula perlu diketahuisiapa yang dibebankan tugas
dan kewenangan untuk melakukan pekerjaanmendidik, yaitu siapa saja yang menurut
islam dibebankan kewajiban itu.
Tujuan
pendidikan Islam dirumuskandari nilai-nilai filosofis yang kerangka dasarnya
termuat dalam filsafat pendidikanIslam.Seperti halnya dasar pendidikannya maka
tujuan pendidikan Islam jugaidentik dengan tujuan Islam itu sendiri.
Sejalan
dengan tujuan tersebut, maka filosofis pendidiakn Islam bertujuansesuai dengan
hakikat penciptaan manusia yaitu agar manusia menjadi pengabdiAllah yang patuh
dan setia (QS 51:56).Tujuan ini tidak mungkin dicapai secarautuh, secara
sekaligus. Perlu proses dan pentahapan. Secara garis besarnya tujuanpendidikan
Islam dapat dilihat dari tujuh dimensi utama, sebagai berikut; (1)dimensi
hakikat penciptaan manusia, (2) dimensi tauhid (3) dimensi moral, (4)dimensi
perbedaan individu, (5) dimensi sosial, (6) dimensi profesional, dan (7)dimensi
ruang dan waktu.
B.
Definisi
Filsafat Pendidikan Islam
Istilah "filsafat" dapat
ditinjau dari dua segi, yakni:segi semantic: kata filsafat berasal dari bahasa
arab "falsafah" yang berasal dari bahasa
yunani,"fhilosophia", yang berarti philos artinya cinta,suka dan
Sophia artinya pengetahuan,hikmah.jadi "philoshopia"berarti cinta
kepada kebijaksanaan,kearifan atau cinta kepada kebenaran.Segi
praktisnya:filsafat berarti alam pikiran.filsafat adalah hasil akal manusia
yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.Dengan kata
lain filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sunguh-sunguh hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Berbagai pendapat para ahli yang mencoba
merumuskan pengertianfilsafat pendidikan islam.Muzayyin Arifin bependapat
tentang filsafat pendidikan islam adalah konsep berfikir tentang kependidikan
yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran agama islam hakekat kemampuan
manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh agama islam.Definisi ini memberi
kesan bahwa filsafat pendidikan islam sama dengan filsafat pada umumnya.Dalam
arti bahwa filsafat pendidikan islam mengkaji tentang berbagai masalah yang ada
hubungannya dengan pendidikan,seperti manusia sebagai subyek dan obyek
pendidikan,kurikulum,metode,lingkungan, guru dan sebagainya.Bedanya dengan
filsafat pendidikan pada umumnya adalah bahwa didalam filsafat pendidikan
islam,semua masalah kependidikan tersebut selalu didasarkan pada ajaran islam
yang bersumberkan al-quran dan
al-hadist.Denag kata lain bahwa kata islam yang mengiringi kata filsafat
pendidikan itu menjadi sifat,yakni sifat dari filsafat pendidikan tersebut.
Ahmad d.marimba mengatakan bahwa
filsafat pendidikan islam bukanlah filsafat pendidikan tanpa batas.Adapun
pendapat Omar Muhammad al-tomy al-saibany: menurutnya bahwa filsafat pendidikan
islam tidak lain ialah pelaksanaan pandangan filsafat dari kaidah filsafat
islam dalam bidang pendidikan yang didasarkan dalam ajaran islam.Dari
pendapat-pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa filsafat pendidikan islam itu
merupakan kajian secara filosofis mengenai berbagai masalahyang terdapat dalam
kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-quran dan al-hadist sebagai sumber
primer,dan pendapat para ahli, khususnya para filosofis muslim,sebagai sumber sekunder.Selain
itu filsafat pendidikan islam dapat pula dikatakan suatu upaya menggunakan jasa
filsafat,yakni berfikir secara mendalam,sistematik.Filsafat pendidikan islam
secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berlandaskan
ajaran islam atau filsafat pendidikan yang di jiwai oleh ajaran islam.Jadi ia
bukan filsafat yang bercorak liberal,bebas, tanpa batas etika sebagaimana
dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam:Omar
Muhammad al-taomy al saibny mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat
pendidikanislam tersebut sebagai berikut:
1.
Filsafat pendidikan itu
dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya
dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap sistem pendidikan.
2.
Filsafat pendidikan
dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilain pendidikandalam arti yang
menyeluruh.penilaian pendidikan itu dianggap persoalan perlu bagi setiap
pengajaran yang baik.
3.
Filsafat
pendidikan islam akan menolong dalam memberikan pendalaman bagi faktor-faktor
spiritual,kebudayaan,sosial, ekonomi dan politik dinegara kita.
Fungsi pendidikan
lebih konkrit lagi dijelaskan oleh Ahmad D.Marimba.Menurutnya bahwa filsafat
pendidikan islam dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang
menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian muslim.Muzayyin Arifin
menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan islam itu seharusnya bertugas dalam 3
dimensi, yakni :
1.
Memberikan
landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pendidikan yang berdasarkan
islam.
2.
Melakukan
kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan tersebut
3.
Melakukan
evaluasi terhadap metode yang digunakan dalam proses tersebut.
C.
Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan
islam sudah dipastikan memiliki metode pengembangan dan pengkajiannya yang
khas,karena metode inilah sesungguhnya yang memberikan petunjuk operasional dan
teknis dalam mengembangkan suatu ilmu.
Metode pengembangan
filsafat pendidikan islam ini.Sebagai suatu sumber, pengembangan sutu ilmu
biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut:
Pertama,bahan-bahan
yang akan digunakan untuk pengembangan filsapat pendidikan.Kedua, metode
pencarian bahanKetiga, metode pembahasan
Keempat,
pendekatan
Itulah langkah
pokok yang dapat digunakan untuk mengkaji dan mengembangkan filsapat islam.
Jika seseorang misalnya ingin meneliti masalah pendidikan islam, dan hasil
penenlitiannya itu ingin di bukukan, maka cara tersebut di atas dapat membantu
sekedarnya.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Manusia adalah termasuk makhluk
yang Homo Sapiens, artinya makhluk yang bisa dan dapat berfikir. Manusia dalam
pandangan filsafat pendidikan Islam adalah sebagai makhluk alternatif (dapat
memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan nilai yang terbaik, yaitu nilai
Ilahiyat.secara garis besarnya potensi manusia terdiri atas empat potensi utama
yang secara fitrah sudah dianugerahkan Allah kepadanya, yaitu:Hidayat
al-Gharizziyat (potensi naluriah), Hidayat al-Hassiyat (potensi indrawi), Hidayat
al-Aqliyyat (potensi akal), Hidayat al-Diniyyat (potensi keagamaan).Manusia
sempurna menurut Islam adalah manusia yang memiliki kriteria sebagai berikut:
Jasmani yang sehat serta kuat dan berketrampilan, Cerdas dan Pintas, Rohani
yang Berkualitas Tinggi.
filosofis pendidiakn Islam
bertujuan sesuai dengan hakikat penciptaan manusia yaitu agar manusia menjadi
pengabdi Allah yang patuh dan setia (QS 51:56). Tujuan ini tidak mungkin
dicapai secara utuh, secara sekaligus. Perlu proses dan pentahapan. Secara
garis besarnya tujuan pendidikan Islam dapat dilihat dari tujuh dimensi utama,
sebagai berikut; (1) dimensi hakikat penciptaan manusia, (2) dimensi tauhid (3)
dimensi moral, (4) dimensi perbedaan individu, (5) dimensi sosial, (6) dimensi
profesional, dan (7) dimensi ruang dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Nata,Abuddi.2005.Filsafat
pendidikan islam.Jakarta:Gaya media pratama
Prof. Dr. H. Sopyan Saun, M.Pd., Dkk. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan Agama. Bandung. CV. Arvino Raya
Prof. Dr. Jamali Sahrodi, M.Ag. 2011.Filsafat
pendidikan islam. Bandung. CV. Arvino Raya
Dr. Amsal Bakhtiar, M.Ag. 2005. Filsafat
Imu. Jakarta. Grapindo Persada
Yayau Sunarya, M.Pd. 2012. Pengantar
Filsafat Islam. Bandung. CV. Arvino Raya
Related Posts: