HAKIKAT MANUSIA HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


HAKIKAT MANUSIA HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Tugas makalah mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :Indry Nirma Yunizul Pesha,S.Pd.I,MAg
Disusun Oleh Kelompok 8
1.      Abdullah Baehaki
2.      M.Aries Firmansyah
3.      Neng Zahra
4.      Popi Pratiwi



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-AZHARY
CIANJUR
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Ungkapan Syukur yang teramat dalam dipersembahkan kehadirat Allah Azza Wajala, karena dengan pertolongan-Nya, penulisan makalah ini yaitu Hakikat Manusia Hubungannya Dengan Filsafat Pendidikan Islam akhirnya dapat diselesaikan sesuai rencana. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw. Karena perjuangan beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah Swt.

Kajian makalah ini termasuk penting untuk menambah wawasan filosofis yang kajiannya mencakup pengertian hakekat Manusia serta mencoba menghubungkan dengan filsafat Pendidikan Islam, Bahan penulisan makalah ini adalah persiapan dan merupakan hasil diskusi yang telah kami rumuskan dengan berdasarkan kepada sumber buku-buku yang telah kami kaji sebelumnya.

Diharapkan hasil kajian ini bermanfaat bagi pihak pihak terkait sebagai upaya inovasi ilmiah untuk memperbanyak kazanah keilmuan, sebagai bahan komparasi, evaluasi dan pengembangan lebih lanjut sekaligus sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam melakukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan Pendidikan Islam.
 Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi peningkatan pengembangan  pendidikan Islam pada khususnya.




Cianjur, September 2014
Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.      Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.       Perumusan Masalah.............................................................................. 1
C.       Tujuan penelitian................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A.       Hakikat Manusia................................................................................... 3
B.        Definisi Filsafat Pendidikan Islam ...................................................... 8
C.        Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam ............................. 10
BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 11
A.       Kesimpulan .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
           






BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akan tetapi suatu cara hidup yang kongkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan tentang alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya, dengan kehidupan atau perkembangan peradaban manusia dan problema yang di hadapinya, pengertian yang bersifat teoritis seperti yang di lahirkan filsafat Yunani itu kehilangan kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran peradaban itu telah menyebabkan manusia melakukan loncatan besar dalam bidang sains, teknologi, kedokteran dan pendidikan. Perubahan itu mendorong manusia memikirkan kembali pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia terdapat hubungan timbal balik. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik. Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan.Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
B.            Perumusan Masalah
Maka untuk merumuskan permasalahan tersebut, perlu adanya sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pokok masalah. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah dengan pembahasan yang tidak fokus dan tidak ada relevansinya.
1.             Bagaimana hakikat manusia hubungannya dengan Filsafat pendidikan Islam
2.             Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan Islam?
C.           Tujuan Penelitian
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh mengenai filsafat pendidikan. Selain itu, tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan agar mahasiswa mendapatkan nilai. Inginmengetahui bagaimanakah?
1.         Ingin mengetahui hakikat manusia hubungannya dengan Filsafat pendidikan Islam
2.         Ingin mengetahuiapa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan Islam?





BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA HUBUNGANNYA DENGAN
 FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A.                Hakikat Manusia
Al insan hayawan nathiq yang berarti manusia adalah hewan (makhluk) yang mampu berfikir.Ungkapan ini setidaknya dapat memberikan gambaran bahwa mannusia merupakan salah satu hewan. Namun ia memiliki kelebihan dari pada hewan dengan potensi akal yang diberikan Sang Pencipta, Ia mampu mengenal dirinya dan Tuhannya serta mengembangkan segala potensi yang diberikan Tuhannya, Sehingga ia mampu untuk berpikir dengan baik serta mampu bersikap kritis  dan rasional dengan berusaha mencari pembenaran dari apa yang ia pikirkan yang ia anggap belum logois dan belum  sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
Manusia adalah termasuk makhluk yang Homo Sapiens, artinya makhluk yang bisa dan dapat berfikir, lalu kapan manusia itu berpikir? Apakah karena nalurinya ataukah cuma kesenangannya memang berpikir? Kalau kita kaji dalamdalam pertanyaan ini, maka ternyata bahwa bukan itu penyebabnya. Manusia berpikir kalau dia sedang menghadapi masalah.Masalah itu bisa bermacam-macam, dari masalah yang sangat sepele sampai masalah yang sangat mustahil.Ada masalah yang secara mudah dapat dipecahkan dan ada pula yang harus memeras otak.Mungkin ada pula masalah yang tidak dapat dipecahkan.Menghadapi masalah-masalah inilah manusia memusatkan perhatiannya dan tenggelam dalam berpikir.
Namun dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya insaninya itu, manusia diikatkan oleh nilai-nilai yang telah ditentukan oleh Penciptanya (aksiologi).Dengan demikian manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islam adalah sebagai makhluk alternatif (dapat memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan nilai yang terbaik, yaitu nilai Ilahiyat. Di satu sisi ia memiliki kebebasan untuk memilih arah, di lain pihak manusia diberi pedoman ke mana arah yang terbaik yang semestinya ia tuju. Manusia dapat dikategorikan sebagai makhluk bebas (alternatif) dan sekaligus terikat (tidak bebas nilai).
Selanjutnyasecara garis besarnya potensi tersebut terdiri atas empat potensi utama yang secara fitrah sudah dianugerahkan Allah kepadanya, yaitu:

a)                  Hidayat al-Gharizziyat (potensi naluriah)
Dorongan ini merupakan dorongan primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan hidup manusia.
Diantaranya dorongan berupa instink untuk memelihara diri, seperti makan, minum dan penyesuaian tubuh dengan lingkungan.Dorongan yang kedua yaitu dorongan untuk mempertahankan diri.Bentuk dorongan ini berupa nafsu marah, bertahan atau menghindar dari gangguan yang mengancam dirinya.Dorongan yang ketiga, berupa dorongan untuk mengembangkan jenis.Dorongan ini berupa aluri seksual.
Ketiga macam dorongan tersebut melekat pada diri manusia secara fitrah. Diperoleh tanpa harus melalui proses belajar. Karena itu dorongan ini disebut sebagai dorongan naluriah (instinktif).Dorongan yang siap pakai, sesuai dengan kebutuhan dan kematangan perkembangannya.

b)                  Hidayat al-Hassiyat (potensi indrawi)
Potensi indrawi erat kaitannya dengan peluang manusia untuk mengenal sesuatu di luar dirinya. Melalui indra yang dimilikinya, manusia dapat mengenal suara, cahaya, warna, rasa, bau dan aroma maupun bentuk sesuatu. Jadi indera berfungsi sebagai media yang menghubungkan manusia dengan dunia luar dirinya.
Potensi indrawi yang umum dikenal terdiri atas indera penglihat, pencium, peraba, pendengar dan perasa. Namun di luar itu masih ada sejumlah alat indera dalam tubuh manusia seperti antara lain indera keseimbangan dan taktil. Potensi tersebut difungsikan melalui pemanfaatan alat indera yang sudah siap pakai seperti mata, telinga, hidung, lidah, kulit dan otak maupun fungsi syaraf.

c)                  Hidayat al-Aqliyyat (potensi akal)
Hidayat ini hanya dianugerahkan Allah kepada manusia.Adanya potensi ini menyebabkan manusia dapat meningkatkan dirinya melebihi makhluk-makhluk lain ciptaan Allah.
Potensi akal memberi kemampuan kepada manusia untuk memahamisimbol-simbol, hal-hal yang abstrak, menganalisa, membandingkan maupunmembuat kesimpulan dan akhirnya memilih maupun memisahkan antara yangbenar dari yang salah.Kemampuan akal mendorong manusia berkreasi danberinovasi dalam menciptakan kebudayaan serta peradaban.Manusia dengankemampuan akalnya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknoogi,mengubah serta merekayasa lingkungannya, menuju situasi kehidupan yanglebih baik, aman dan nyaman.

d)                 Hidayat al-Diniyyat (potensi keagamaan)
Pada diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupadorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memilikikekuasaan yang lebih tinggi. Dalam pandangan antropolog, dorongan inidimanifestasikan dalam bentuk percaya terhadap kekuasaan supernatural(believe in supernatural being).
Manusia sempurna menurut Islam adalahmanusia yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1.                  Jasmani yang sehat serta kuat dan berketrampilan.
Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat dan kuat, terutamaberhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakanajaran Islam.Dilihat ari ini maka Islam mengidealkan Muslim yang sehat sertakuat jasmaninya.Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena intiajaran Islam (iman) adalah persoalan mental.Kesehatan mental berkaitan eratdengan kesehatan jasmani.Karena kesehatan mental penting, maka kesehatanjasmani pun penting pula.Karena kesehatan jasmani sering berkaitan denganpembelaan Islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agarsehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin Islam.
2.                  Cerdas dan Pintar
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai.Itulah ciri akal yangberkembang secara sempurna.Cerdas ditandai oleh adanya kemampuanmenyelesaikan masalah dengan cepatt dan tepat, sedangkan pandai ditandaioleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi. Salah satuciri Muslim yang cerdas dan pandai memiliki indikator-indikator sebagai berikut:
Pertama, memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi.Sains adalahpengetahuan manusia yang merupakan produk indera dan akal; dam sainskelihatan tinggi atau rendahnya mutu akal.Orang Islam hendaknya tidakhannya menguasai teori-teori sains, tetapi berkemampuan pula menciptakanteori-teori baru dalam sains, termasuk teknologi.Kedua, mampu memahamidan menghasilkan filsafat.Berbeda dengan sains, filsafat adalah jenispengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan ini, orang Islam akan mampumemecahkan masalah filosofis.
3.                  Rohani yang Berkualitas Tinggi
Rohani yang diuraikan disini ialah aspek manusia selain jasmani dan akal(logika). Rohani itu samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia belum (atautidak akan) memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya.Kebanyakan buku tashawuf dan pendidikan Islam menyebutnya qalb (kalbu)saja.Dalam hal ini yang dimaksud kalbu yang berkualitas tinggi adalah kalbuyang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain, kalbu yangtakwa kepada Allah swt.Kalbu yang penuh iman itu mempunyai gejala-gejala yang amat banyak;katakanlah rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnyashalat, ia shaat dengan khusuk (al-Mu’min:1-2); bila mengingat Allah, kulit danhatinya tenang (al-Zumar:23); bila disebut nama Allah, bergetar hatinya (al-Hajj:34-35); bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud danmenangis (Maryam:58, al-Isra’:109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman dantaqwa.Dari situlah akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuaidengan kehendak Tuhan.
Sedang menurut Jalaluddin (2002: 46) konsep pendidikan menurutpandangan Islam harus dirujuk dari berbagai aspek, antara lain aspek keagamaan,aspek kesejahteraan, aspek kebahasaan, aspek ruang lingkup dan aspek tanggungjawab. Adapun yang dimaksud dengan aspek keagamaan adalah bagaimanahubungan Islam sebagai agama dan pendidikan.Maksudnya adalah, apakah ajaranIslam memuat informasi pendidikan hingga dapat dijadikan sumber rujukandengan penyusunan konsep pendidikan.Sedangkan aspek kesejahteraan merujukkepada latar belakang sejarah pemikiran para ahli tentang pendidikan dalam Islamdari zaman ke zaman, khsusus mengenai ada tidaknya peran Islam dalam bidangpendidikan dalam kaitannya dengan peningkataan kesejahteraan hidup manusia.
Kemudian yang dimaksud dengan aspek kebahasaan adalah bagaimanapembentukan konsep pendidikan atas dasar pemahaman secara etimologis.Selanjutnya aspek ruang lingkup diperluan untuk mengetahui tentang batas-batskewenangan pendidikan menurut ajaran Islam. Demikian pula perlu diketahuisiapa yang dibebankan tugas dan kewenangan untuk melakukan pekerjaanmendidik, yaitu siapa saja yang menurut islam dibebankan kewajiban itu.
Tujuan pendidikan Islam dirumuskandari nilai-nilai filosofis yang kerangka dasarnya termuat dalam filsafat pendidikanIslam.Seperti halnya dasar pendidikannya maka tujuan pendidikan Islam jugaidentik dengan tujuan Islam itu sendiri.
Sejalan dengan tujuan tersebut, maka filosofis pendidiakn Islam bertujuansesuai dengan hakikat penciptaan manusia yaitu agar manusia menjadi pengabdiAllah yang patuh dan setia (QS 51:56).Tujuan ini tidak mungkin dicapai secarautuh, secara sekaligus. Perlu proses dan pentahapan. Secara garis besarnya tujuanpendidikan Islam dapat dilihat dari tujuh dimensi utama, sebagai berikut; (1)dimensi hakikat penciptaan manusia, (2) dimensi tauhid (3) dimensi moral, (4)dimensi perbedaan individu, (5) dimensi sosial, (6) dimensi profesional, dan (7)dimensi ruang dan waktu.

B.                 Definisi Filsafat Pendidikan Islam
Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni:segi semantic: kata filsafat berasal dari bahasa arab "falsafah" yang berasal dari bahasa yunani,"fhilosophia", yang berarti philos artinya cinta,suka dan Sophia artinya pengetahuan,hikmah.jadi "philoshopia"berarti cinta kepada kebijaksanaan,kearifan atau cinta kepada kebenaran.Segi praktisnya:filsafat berarti alam pikiran.filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sunguh-sunguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Berbagai pendapat para ahli yang mencoba merumuskan pengertianfilsafat pendidikan islam.Muzayyin Arifin bependapat tentang filsafat pendidikan islam adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran agama islam hakekat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh agama islam.Definisi ini memberi kesan bahwa filsafat pendidikan islam sama dengan filsafat pada umumnya.Dalam arti bahwa filsafat pendidikan islam mengkaji tentang berbagai masalah yang ada hubungannya dengan pendidikan,seperti manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan,kurikulum,metode,lingkungan, guru dan sebagainya.Bedanya dengan filsafat pendidikan pada umumnya adalah bahwa didalam filsafat pendidikan islam,semua masalah kependidikan tersebut selalu didasarkan pada ajaran islam yang bersumberkan al-quran dan al-hadist.Denag kata lain bahwa kata islam yang mengiringi kata filsafat pendidikan itu menjadi sifat,yakni sifat dari filsafat pendidikan tersebut.
Ahmad d.marimba mengatakan bahwa filsafat pendidikan islam bukanlah filsafat pendidikan tanpa batas.Adapun pendapat Omar Muhammad al-tomy al-saibany: menurutnya bahwa filsafat pendidikan islam tidak lain ialah pelaksanaan pandangan filsafat dari kaidah filsafat islam dalam bidang pendidikan yang  didasarkan dalam ajaran islam.Dari pendapat-pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa filsafat pendidikan islam itu merupakan kajian secara filosofis mengenai berbagai masalahyang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-quran dan al-hadist sebagai sumber primer,dan pendapat para ahli, khususnya para filosofis muslim,sebagai sumber sekunder.Selain itu filsafat pendidikan islam dapat pula dikatakan suatu upaya menggunakan jasa filsafat,yakni berfikir secara mendalam,sistematik.Filsafat pendidikan islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berlandaskan ajaran islam atau filsafat pendidikan yang di jiwai oleh ajaran islam.Jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal,bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam:Omar Muhammad al-taomy al saibny mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat pendidikanislam tersebut sebagai berikut:

1.            Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap sistem pendidikan.
2.            Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilain pendidikandalam arti yang menyeluruh.penilaian pendidikan itu dianggap persoalan perlu bagi setiap pengajaran yang baik.
3.            Filsafat pendidikan islam akan menolong dalam memberikan pendalaman bagi faktor-faktor spiritual,kebudayaan,sosial, ekonomi dan politik dinegara kita.
Fungsi pendidikan lebih konkrit lagi dijelaskan oleh Ahmad D.Marimba.Menurutnya bahwa filsafat pendidikan islam dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian muslim.Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan islam itu seharusnya bertugas dalam 3 dimensi, yakni :
1.      Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pendidikan yang berdasarkan islam.
2.      Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan tersebut
3.      Melakukan evaluasi terhadap metode yang digunakan dalam proses tersebut.




C.                Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan islam sudah dipastikan memiliki metode pengembangan dan pengkajiannya yang khas,karena metode inilah sesungguhnya yang memberikan petunjuk operasional dan teknis dalam mengembangkan suatu ilmu.
Metode pengembangan filsafat pendidikan islam ini.Sebagai suatu sumber, pengembangan sutu ilmu biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut:
Pertama,bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengembangan filsapat pendidikan.Kedua, metode pencarian bahanKetiga, metode pembahasan
Keempat, pendekatan
Itulah langkah pokok yang dapat digunakan untuk mengkaji dan mengembangkan filsapat islam. Jika seseorang misalnya ingin meneliti masalah pendidikan islam, dan hasil penenlitiannya itu ingin di bukukan, maka cara tersebut di atas dapat membantu sekedarnya.




BAB III
KESIMPULAN
A.                Kesimpulan
Manusia adalah termasuk makhluk yang Homo Sapiens, artinya makhluk yang bisa dan dapat berfikir. Manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islam adalah sebagai makhluk alternatif (dapat memilih), tetapi kepadanya ditawarkan pilihan nilai yang terbaik, yaitu nilai Ilahiyat.secara garis besarnya potensi manusia terdiri atas empat potensi utama yang secara fitrah sudah dianugerahkan Allah kepadanya, yaitu:Hidayat al-Gharizziyat (potensi naluriah), Hidayat al-Hassiyat (potensi indrawi), Hidayat al-Aqliyyat (potensi akal), Hidayat al-Diniyyat (potensi keagamaan).Manusia sempurna menurut Islam adalah manusia yang memiliki kriteria sebagai berikut: Jasmani yang sehat serta kuat dan berketrampilan, Cerdas dan Pintas, Rohani yang Berkualitas Tinggi.
filosofis pendidiakn Islam bertujuan sesuai dengan hakikat penciptaan manusia yaitu agar manusia menjadi pengabdi Allah yang patuh dan setia (QS 51:56). Tujuan ini tidak mungkin dicapai secara utuh, secara sekaligus. Perlu proses dan pentahapan. Secara garis besarnya tujuan pendidikan Islam dapat dilihat dari tujuh dimensi utama, sebagai berikut; (1) dimensi hakikat penciptaan manusia, (2) dimensi tauhid (3) dimensi moral, (4) dimensi perbedaan individu, (5) dimensi sosial, (6) dimensi profesional, dan (7) dimensi ruang dan waktu.








DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abuddi.2005.Filsafat pendidikan islam.Jakarta:Gaya media pratama
Prof. Dr. H. Sopyan Saun, M.Pd., Dkk. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan Agama. Bandung. CV. Arvino Raya
Prof. Dr. Jamali Sahrodi, M.Ag. 2011.Filsafat pendidikan islam. Bandung. CV. Arvino Raya
Dr. Amsal Bakhtiar, M.Ag. 2005. Filsafat Imu. Jakarta. Grapindo Persada
Yayau Sunarya, M.Pd. 2012. Pengantar Filsafat Islam. Bandung. CV. Arvino Raya


Related Posts:

0 Response to "HAKIKAT MANUSIA HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM"

Posting Komentar